Catatan Seorang Ayah ASI (Part 1)

Beberapa hari yang lalu, istri saya men-share di facebook sebuah artikel yang bersumber dari The Urban Mama yang berjudul "Because One Day Mommy, I Won't Be This Small" Dan memang si penulis Jihan Davinca berhasil membuat setiap orang yang membaca artikel tersebut dengan spontan nyesek..menangis..sedih..bahagia..termasuk saya yang saat ini adalah juga seorang ayah bagi Fadhlan Hanif Abdullah (9 bulan) si Baby Boy. Baby boy Fadhlan dikaruniakan kepada kami 10 bulan setelah pernikahan kami. Rumah Sakit Ibu dan Anak Bunda Semarang, tepatnya tanggal 29 Desember 2012 pukul 21.09 Fadhlan lahir melalui Operasi Cesar dengan Berat Lahir 3,8Kg dan Panjang Badan 51cm. Alhamdulillah sehat wal afiat dan ganteng hehehe... :p

baby Fadhlan said:"Selamat Pagi Indonesia!" (Sumber:Dokumentasi Pribadi)
Meskipun lahir melalui Operasi Cesar, alhamdulillah bunda-nya sempat melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dipandu dokter spesialis kebidanannya dan dokter spesialis anak yang menangani. Apakah itu Inisiasi Menyusui Dini (IMD)? Badan Kesehatan Dunia WHO mendefinisikan IMD sebagai proses menyusui sesaat ketika bayi lahir dimana ada tahapan (1) bayi langsung diletakkan diantara dada ibu dan perut, (2) skin-to-skin contact antara telapak tangan bayi dengan kulit ibu (hal ini yang menyebabkan bekas air ketuban di telapak tangan bayi tidak perlu diusap karena baunya sama dengan bau puting ibu, dan bayi lahir sudah "menerima takdirnya" bisa mencium bau tersebut), (3) bayi akan merambat sendiri mencari puting susu ibu hingga mengeluarkan air liur hingga dengan sendirinya bayi akan menemukan puting dengan tangannya lalu menyusu. 
Durasi waktu IMD yang dibutuhkan  bervariasi antara 60 menit hingga 120 menit tergantung kondisi persalinan masing-masing ibu. Di Indonesia pertama kali IMD diperkenalkan oleh UNICEF di Klaten 13 Agustus 2007 bekerjasama dengan Depkes RI. IMD pada istri dan baby Fadhlan durasinya tidak seperti yang seharusnya, karena faktor pasca operasi karena efek obat bius yang membuat istri saya tertidur. Namun demikian kami bersyukur tenaga medis yang menangani kami mendukung kami melakukan IMD meski hanya 10 menit :) hehehe...thanks to dr.Putri W Sekar,SpOG dan dr.Adhi Nur Adityo,SpA telah melakukan yang terbaik...jagalah selalu semangat profesi luhur itu :)
Perjuangan istri saya tidak sampai pada selesainya IMD. Komitmen kami bersama adalah ASI Eksklusif. Kenapa kami begitu kekeh ingin ASI Eksklusif? Dari sisi latar belakang kami, saya sebagai dosen dan peneliti di bidang Gizi, sedangkan istri saya yang notabene adalah dokter, dengan pengetahuan tentang manfaat ASI Eksklusif dan sikap kami adalah yang pertama melandasi niat ASI Eksklusif. Langkah pertama kami yaitu bersepakat untuk melakukan room-in dengan si baby boy Fadhlan. Hal ini kami lakukan demi memuluskan niat kami untuk melakukan ASI Eksklusif dari 0 bulan hingga nanti 6 bulan. Alhamdulillah, kolustrum (ASI pertama berwarna agak kekuningan yang mengandung IgA untuk antibodi, mengandung vitamin A dan tinggi protein, serta membantu mengeluarkan mekonium(kotoran bayi)) dapat mulus mendarat pada baby Fadhlan.

baby Fadhlan room-in bersama mamanya dan kami. (Sumber:Dokumentasi Pribadi)
Kondisi kesehatan istri saya pada waktu itu alhamdulillah memungkinkan sekali menyusui ASI. Dalam kondisi pasca operasi cesar, saya melihat perjuangan dan keteguhan istri saya dalam memperjuangkan dirinya untuk mampu menyusui. Seperti diketahui oleh ibu-ibu melahirkan yang melalui operasi cesar, sangatlah berat tantangannya. Hanya untuk sekedar duduk saja kadang-kadang atau seringnya rasa sakit pasca operasi tidak mampu ditahan. Namun saya tidak melihat keluhan itu di istri saya. Dorongan dan kekuatan untuk menyusui mengalahkan rasa sakit itu. Thanks to mamah mertua yang jauh-jauh datang dari Jakarta untuk juga mendampingi sekaligus memberi semangat kepada istri saya (buat para calon ibu, keberadaan ibu kandung anda memang harus diakui sebagai obat mujarap :D jadi jagalah hubungan baik dan bakti kepada ibu kandung kita!) Pada waktu itu yang dapat saya lakukan hanya berdoa untuk kekuatan istri saya, memberi semangat, dan mencoba konsisten mendampinginya saat tengah malam harus bangun saat si baby boy bangun untuk menyusu. Saya sadar tindakan itu masih tidak sebanding dengan perjuangan istri saya...tidak pernah sebanding....(I'm proud of you my lovely wife dr.Fauzia Ramadhaniyanti)

Saya dan baby Fadhlan di depan ruang persalinan RSB Bunda Semarang. (Sumber:Dokumentasi Pribadi)
Hari kedua perjuangan belum usai, mungkin karena masih awal awal adaptasi menyusui, baby Fadhlan maupun istri belum tune in. Bahkan ada satu waktu salah satu payudara istri mbangkaki atau kencang karena sudah banyak air susu yang harus dikeluarkan. Sehingga harus dipompa ke botol ASIP. Alhamdulillah, di hari selanjutnya baby Fadhlan dan istri sudah tune in menyusui "tampak" sudah lancar. Wah, di hari ke-4 saya mendapat kursus singkat memandikan bayi hehehe...#dalam hati saya waktu itu, waduh kayaknya kursus sehari kurang nih#..Memasuki hari ke-5 perawatan, dokter spesialis kandungan dan dokter spesialis anak menyatakan kami sudah boleh meninggalkan rumah sakit. Kami cukup terkejut, Berat Badan baby Fadhlan turun jadi 3,6Kg. Secara teori masih dikategorikan normal, sebab memang terjadi penurunan Berat Badan 3-4 hari pasca persalinan dengan rentang 5-10% Berat Lahir dan harus naik kembali saat 10 hari dan selanjutnya. Hmm, disatu sisi kami bisa menerima, tapi dilubuk hati kami yang paling dalam masih menyisakan tanya yang akan terjawab nanti..... (to be continued)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Antioksidan untuk Prediabetes

Perkembangan Gizi di Indonesia

Catatan Seorang Ayah ASI (Part 2)